Kebangkitan Paham Abu Lahab

 Kebangkitan Paham Abu Lahab dkk (Menguak Fenomena Penistaan Agama)

Muqaddimah

Sejak detik-detik babak baru negeri kita Indonesia beberapa waktu lalu, para anak manusia yang memiliki penyakit dalam hatinya merasa mendapatkan angin segar dan semakin berani menampakkan taringnya untuk menebar syubhat (kerancuan) dalam agama dan melakukan penistaan dan penghinaan kepada Islam dan simbol-simbolnya.

Haluan dan gelombang api huru-hara ini harus disadari oleh semua pihak, terkhusus bagi para ulama dan ustadz negeri ini agar semakin tegak dan semangat dalam menangkis dan menguaknya sebagai pembelaan kepada agama yang suci, karena ini adalah termasuk tanggung jawab berat di pundak mereka.

Maraknya fenomena penistaan agama dan gencarnya serangan terhadap Islam dengan penuh kelancangan dan keberanian adalah sinyal kebangkitan paham Abu Lahab dkk. yang telah berani mencela Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, dan agama-Nya.

Namun, kita harus selalu optimis bahwa di balik semua ini pasti ada hikmah yang mendalam dan kita harus yakin bahwa kebenaran pasti menang. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

عَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرُلَّكُمْ

“Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian.” (QS al-Baqarah [2]: 216)1

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Termasuk sunnatullah, apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menampakkan agama-Nya, maka Dia membangkitkan para penentang agama sehingga Dia akan memenangkan kebenaran dan melenyapkan kebatilan, karena kebatilan itu pasti akan hancur binasa.”2 Al-Imam Ibnul Qayyim juga berkata:

وَالْحَقُّ مَنْصُوْرٌ وَمُمْتَحَنٌ فَلَاتَعْجَبْ فَهَذِيْ سُنَّةُ الرَّحْمٰنِ

Kebenaran itu akan menang dan mendapat ujian

Janganlah heran, sebab ini adalah sunnah ar-Rahman.3

Pada tulisan kali ini, kita akan mengupas sedikit tentang fenomena penistaan terhadap agama yang marak akhir-akhir ini. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita darinya.

Bahaya Istihza’/Penistaan Terhadap Allah dan Agamanya

Ketahuilah wahai saudaraku seiman—semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahimu—bahwa istihza’ (mengolok-ngolok) Allah, nabi-Nya, kitab-Nya, dan/atau agama-Nya bukanlah masalah yang sepele, melainkan masalah besar yang sangat berbahaya karena bisa membatalkan keislaman seorang hamba.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat yang tegas tentang masalah ini tentang orang-orang munafik yang menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat f\ dengan ucapan mereka, “Kami tidak mendapati orang yang lebih buncit perutnya dan pendusta lidahnya dan lebih pengecut ketika perang daripada mereka (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat f\).” Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya yang dibaca hingga hari kiamat sebagai peringatan bagi orang-orang yang berusaha menghidupkan kembali perilaku keji kaum munafik tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ {65} لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ {66}

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS at-Taubah [9]: 65–66)

Ayat yang mulia ini memberikan kepada kita beberapa masalah penting:

Pertama: Kita harus memuliakan dan mengag

ungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Barang siapa menghina Allah Subhanahu wa Ta’ala maka dia kafir, seperti ucapan Yahudi yang mengatakan Allah fakir dan pelit, atau seperti ucapan Nashrani yang mengatakan bahwa Allah adalah Isa ibn Maryam. Semua ini adalah celaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan termasuk kekufuran.

Kedua: Menghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau sunnahnya adalah kekufuran pula karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah kita semua untuk memuliakan dan mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ketiga: Kita harus mengagungkan al-Qur’an

dan memuliakannya karena al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-Nya yang mulia.

Keempat: Kita harus memuliakan agama Islam dan tidak mencelanya. Tidak boleh kita menghinanya dan melecehkannya.

Kelima: Orang yang tidak mengingkari penghinaan kepada Allah, rasul-Nya, dan kitab-Nya maka dihukumi sama dengan penghina (dianggap setuju dengan penghinaan tersebut), karena dalam kejadian ini penghina Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah satu orang saja, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menghukumi sama terhadap semua m

unafik yang ada karena mereka semua mengetahuinya tetapi tidak mengingkarinya.

Keenam: Siapa yang mencela Allah Subhanahu wa Ta’ala, rasul-Nya, atau kitab-Nya maka dia kafir baik sengaja atau hanya bercanda.

Karena pentingnya ayat yan

g mulia ini, seyogianya setiap muslim merenungi dan menghayatinya agar tidak terjatuh dalam kubangan dosa penghinaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan agama-Nya yang semarak terjadi pada zaman sekarang, baik secara lisan atau tulisan di media-media cetak atau elektronik. Hendaknya kita semua mewaspadai hal ini dengan menjaga lisan kita dan menyibukkan diri dengan ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.4

Oleh Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi

Baca selengkapnya di http://bit.ly/2xCCG1L

Repost by Admin

Tinggalkan komentar